Selasa, 09 September 2008

Silat Melayu


Bela diri dikenal sebagai seni mempertahankan diri dari serangan lawan. dahulu seseorang mempelajari bela diri dipergunakan hanya untuk diri sendiri untuk mempertahan diri dari serangan lawan. Berbeda dengan sekarang, seni bela diri menjadi cabang andalan disebuah pertandingan bertaraf internasional.

Seni silat diakui umum sebagai hak asli kepunyaan bangsa Melayu. Pengakuan hak tersebut dibuktikan dengan penemuan yang tertoreh pada candi Borobudur dan Prambanan. Wujud sistim seni silat dikepulauan Melayu bermula pada abad ke-8 Masehi, bermula dari Kepulauan Riau, seni silat Melayu ini mengalir hingga ke Minangkabau Sumatera Barat.

Perkembangan silat di Sumatera lebih diperhalus dengan sebutan pencak silat. Seni bela diri ini pernah dipergunakan oleh kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 hingga abad ke-14) guna memperluas kekuasaan. Tidak hanya Sriwijaya yang mengandalkan silat sebagai salah sistim memperluas kekuasaannya. Majapahit (abad ke-13 hingga abad ke-16), ilmu silat diklaim telah memcapai puncak kesempurnaan apabila penggunaan senjata disertakan.

Bermula dari daratan Semenanjung Tanah Melayu melalui Melaka silat mulai diperkenalkan di Minangkabau. Pada zaman kesultanan Melayu Melaka, hanya golongan yang rapat dengan istana sahaja yang diberikan peluang untuk mempelajari silat. Pada akhirnya seni silat ini diketahui oleh rakyat biasa dipelajari dan dipertahankan hingga sampai detik ini.

Laksmana Hang TUah (Bapa Persilayan Melayu) mempelajari seni silat Melayu dari pada Sang Adi Putera di Gunung Ledang dan Sang Persanta Nala di Pulau Jawa.

Sejak zaman Kesultanan Melayu Melaka, silat Seni Gayong dikatakan telah berwujud yaitu sewaktu pemerintahan Sultan Mansir Syah. Selpas kejatuhan Melaka ketangan Feringgi (Portugis) pada tahun 1511, hulubalang-hulubalang Melaka yang diketuai oleh Tun Biajid (anak Laksmana Hang Tuah) telah berundur kedalam hutan dan seterusnya melakukan serangan gerilya terhadap kolonial Portugis.

Keahliannya memiliki ilmu Silat Gayong ini para hulubalang yang dipimpinpin Tun Biajid pada masa itu menjadi kepercayaan diri meskipun mereka harus mengungsi kehutan namun gerilya perlawanan terhadap Portugis mereka berpegang kepada tekad yang berkobar yaitu berimau-rimau, berimba-berimba dan bergayong.

Perlawanan yang sengit antara serdadu kolonial Portugis dan para hulubalang Tun Biajid menyebabkan Tun Biajid memerintahkan orang-orangnya ke negeri Pahang, untuk mencari perlidungan. Disniliah Silat terus diwariskan kegenarasi-generasi sehinggalah sampailah ke tangan uan Syed Zainal Al Attas, yaitu seorang hulubalang Pahang yang hidup sezaman dengan Dato' Bahaman Mat Kilau.

Ada suatu kisah yang menceritakan bahwa pada zaman pemerintahan Portugis di Melaka, telah diadakan majelis keramaian tiap tahun dihadiri segenap lapisan masyarakat. Pada waktu Pemerintah Portugis mengadakan suatu pertandingan persembahan seni budaya masyarakat setempat dan memberikan ganjaran yang besar pada pemenangnnya. Tontonan silat yang dipersembahkan merupakan silat Pulut yang diiringi bunyi-bunyian dari gendang yang ditaluh.

Berbeda dengan mereka para pesilat yang dianggap melawan kolonial Portugis tidak akan disertakan justru mereka dianggap berbahaya kemudian diasing menggunakan perahu dibawa ketengah laut untuk kemudian dibunuh. Kebimbangan Portugis menjadi alasan bagi bangsa penjajah tersebut melakukan pembantaian.

Pada saat hulubalang yang menetang hendak dibunuh ditengah laut, atas kuasa dan kehendak Tuhan YME dan keahliannya memperagakan silat Gayong, rantai yang mengikat hulubalang-hulubalang Melaka itu berhasil diputuskan akhirnya terjadi perlawanan ditas perahu antara para hulubalang Melaka yang hendak dibunuh dengan serdadu Portugis. Kemenangan ada pihak para hulungbalang yang mumpuni.

Rasa kekhawatiran terhadap keselamatan bila kembali ke Melaka, sejumlah hulubalang tersebut memutuskan untuk melanjutkan perlawanan dengan cara berlayar keberbagai pelosok negeri Melayu untuk mencari perlindungan sambil menyusun kekuatan.

Setengah para hulubalang yang berlayar tadi pada akhirnya memutuskan untuk menetap di Makasar. Disinilah mereka menyebarkan ajaran silat seni Gayong dikalangan bangsa Bugis. Dari orang-orang Bugis inilah mereka mempertahankan seni silat Gayong di tanah Sulawesi. (berbagai sumber/net)