Rabu, 10 September 2008

Sastra Melayu Pasai Sastra Indonesia

Perlu diperhatikan bila membicarakan perkembangan sastra dari zaman klasik sastra Melayu Aceh hingga kini. Didaerah Serambi Mekkah ini, bahasa yang digunakan dalam penulisan lebih dari satu, yang paling menonjol sebagai media penulisan kreatif ialah bahasa Melayu Pasai, kemudian basaha Gayo, Alas dan Melayu Singkil. Dari perkembangan bahasa, bahasa Melayu Pasai inilah bahasa Melayu sekarang memperoleh bentuk sehingga kemudian tampil sebagai bahasa intelektual dan sastra yang bermartabat.

Dari bahasa ini pulalah bahasa Melayu Riau dan bahasa Indonesia yang kita pakai sampai sekarang dan berakar yang menyatukan bangsa-bangsa dinegeri ini.

Disamping itu kegiatan penulisan sastra Aceh terkait erat dengan perkembangan agama Islam. Sejak abad ke-13 Masehi, dengan munculnya Kerajaan Samudra Pasai (1273 - 1516 M), kegiatan penulisan sastra mulai berkembang di Aceh sebagai dampak dari kedatangandan dan pesatnya perkembangan agama Islam berikut tradisi keterpelajaran dan intelektualnya. Selain menjadi pusat penyebaran agama Islam, negeri ini juga berperan sebagai pusat kebudayaan Melayu menggatikan peranan Kerajaan Sriwijaya yang pada waktu itu mengalami kemunduran sebagai imperium dan emporium Hindu Buddhis. Bukan suatu kebentula apabila kesusastra Melayu di Aceh beriring sejalan dengan perkembangan agama Islam. Ini berlanjut pada zaman-zaman berikutnya, terutama pada masa kejayaan kesultanan Aceh Darussalam (1516 - 1700 M) dan zaman-zaman berikutnya ketika pusat-pusat kebudayaan Melayu berpindah ketempat lain seperti, Palembang, Johor Riau, Banjarmasin, Deli Langkat, Pontianak Riau Penyengat, dan lain-lain.

Merujuk latar belakang diatas yang relevan tentang pembicaraan sekarang ini tentulah kegiatan penulisan dalam bahasa Melayu. Bukan saja karena bahasa ini yang mula-mula digunakan oleh kaum cendikiawan Aceh dalam melahirkan karangan-karangan mereka dibidang keagamaan, keilmuan, dan sastra mencapai puncak keemasannya dalam abad ke-16 dan 17 M. Tetapi juga karena bahasa ini pulalah yang digunakan penulis-penulis modern di Indonesia sejak abad ke-20 dalam penucapan sastra mereka. (berbagai sumber/net)