Kamis, 11 September 2008

Sastra Melayu dan Islam

Lahirnya tradisi intelektual Islam Melayu erat kaitannya dengan perkembangan sastra di Aceh, hal ini telah banyak diketahui para sarjana dan tidak pula terjadi secara kebetulan. Banyak faktor historis yang mendukungnnya. Sastra Melayu bangkit kembali pada abad ke-13 Masehi setelah tertidurnya akibat kemunduran kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat kebudayaan Melayu Buddhis yang tenggelam akibat penyerangan dan penaklukan kerajaan Hindu Singasari dan Majapahit pada pertengahan abad ke-13 dan 14 Masehi.

Samudra Pasai, kerajaan Islam pertama di Nusantara yang muncul pada akhir abad ke-13 Masehi berani tampil kemuka menggantikan peranan Kerajaan Sriwijaya atau Suvarnabhumi sebagai pusat kebudayaan Melayu.
Pesatnya perkembangan agama Islam dan lembaga pendidikannya disini memberikan dampak yang besar bagi perkembangan kesusastraan.

Sebulumnya berabad-abad bahasa Melayu telah berperan sebagai lingua franca di kepulauan nusantara, khususnya di dunia perdagangan. Kesusastraannya tentu saja telah juga berkembang, walaupun naskah-naskah dari abad yang silam itu tidak didapati lagi sekarang ini. Oleh karena itu bukanlah suatu kebetulan apabila bahasa ini menjadi bahasa pengantar dilembaga pendidikan Islam, dan sekaligus dijadikan bahasa penyebaran agama yang baru berkembang ini. Karena itu bukan suatu kebetulan pula apabila kegiatan penulisan sastra dan kitab keagamaan menggunakan bahasa Melayu sebagai media utamanya. Kegiatan inilah yang mengantarkan tumbuhnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Melayu baru abad-abad pertama penyebaran agama Islam di kepulauan Melayu.

Penulisan sastra di Pasai dimulai dengan penerjemahan dan penyaduran teks-teks sastra Arab dan Persia kedalam bahasa Melayu. Tulisan yang disadur kedalam bahasa Melayu meliputi hikayat kepahlawanan (epos), roman, cerita berbingkai dan kisah-kisah keagamaan seperti Hikayat para Nabi (Qisas al Abiya) dan lain sebagainya. Dari berbagai tulisan atau teks yang disadur tersebut mengundang ketertarikan tersendiri bagi sipembaca pada zaman itu. Cerita rakyat dan kisah-kisah lokal yang digubah kembali berdasarkan wawasan estetika baru dengan memberikan nuansa keislaman.

Pada akhirnya, abad ke-14 Masehi mulai ditulis pula hikayat yang lebih orisinil. Salah satunya ialah hikayat Raja-raja Pasai yang ditulis sekitar tahu 1360 M di Pasai, tidak lama setelah negeri itu bersama-sama Sriwijaya atau Suvarnabhumi ditaklutkan oleh Raja Majapahit dari Jawa yang pada waktu itu tengah berjaya atas kekuasaannya.