Rabu, 06 Agustus 2008

Dipaksa Menerima dan Berbuat

Pagi, 22 Juli 2008. Pagi yang membuat semua peserta berpikir, menebak kira-kira apa yang bakal dikerjakan dan apa yang bakal terjadi selama dua minggu kedepan. Mungkin kebosanan, ngantuk, letih dan bahkan menderita batin maupun fisik bakal kami rasakan. Ternyata khayalan itu benar-benar terwujud dan tidak sulit untuk ditebak, karena sebelum kami dipertemukan dan dikumpulkan kami udah duluan mendapat wejangan dari para senior kami maupun pimpinan dari masing-masing provinsi tempat kami berkerja.

Kami yang tergabung dalam 68 peserta dari 21 provinsi se-Indonesia yang patut dibanggakan dan menyenangkan sebenarnya adalah kesempatan berkenalan kawan-kawan dari sabang - merauke. Hanya sebatas itu, tidak lebih dan tidak kurang.

Pada dasarnya, lembaga mengumpulkan kami untuk mengikuti Diklat Prajabatan calon PNS dari 22 Juli sampai 2 Agustus 2008. Seperti biasa, hanya pendidikan dan pelatihan pembangunan kepribadian seorang sebagai abdi negara yang taat kepada negara dan pelayan masyarakat.

Sebenarnya kegiatan tersebut merupakan kegiatan wajib bagi calon PNS, tapi entah kenapa malam selepas perpisahan, kami sekumpulan orang-orang (peserta) merasa tidak puas dengan hasil pelatihan, pendidikan yang kami peroleh dan kami sependapat pendidikan tersebut hanya formalitas belaka, hanya untuk merubah status dari calon PNS menjadi PNS 100 persen.
Berharap menjadi PNS "bersih"...! rasanya pesimis deh. Masalahnya bukan apa. Kami yang masih muda dan tidak tahu apa-apa harus berhadapan dengan berbagai tipu muslihat dan dipaksa harus ikut bersekongkol dengan orang-orang yang ingin mengambil keuntungan dengan fasilitas yang dimiliki.

Obrolan semakin menarik dan semakin larut. Mumpung ini malam terakhir kami berkumpul dan entah kapan dapat bertemu dan kumpul kembali, karena besok sebagian besar dari kami harus segera kembali kedaerah masing-masing.

Pembahasan kami mulai dari materi pembelajaran. Ada 14 materi dan hampir kesemua materi yang disampaikan berbobot dan benar-benar wajib dipelajari dan dipahami. Sebenarya bukan hanya memahami saja, tetapi harus benar-benar diterapkan selama kami masih berstatus PNS. Ada salah satu teman pembicaraan kami berucap "andaikan kewajiban dan larangan PNS benar-benar dipraktekkan oleh seluruh PNS di negeri ini ya...!"

Andaikan juga jiwa-jiwa dan sikap yang baik itu tidak pernah memudar bahkan pupus. Ibarat batu karang yang tidak perduli dengan sekelilingnya yang menghajar telak terus menerus dengan gulungan ombaknya atau tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya yang terkadang menenggelamkannya dan menimbulkannya kepermukaan. Mungkin seiring perjalanan waktu dan keterampilan bersubahat jahat dengan jam terbang yang tinggi didukung dengan lingkungan bisa berubah sikap dan jiwa itu. Semoga kawan-kawan semasa Diklat Prajabatan di Bandung tidak setuju dengan pernyataan pesimis seperti ini. Amin.

Obrolan semakin menarik, dan entah berapa batang puntung rokok disertai abu mengotori lantai, padahal jelas beberapa tong sampah tersediakan oleh panitia. Sebenarnya kami sudah dijelaskan dan harus mengikuti peraturan untuk turut menjaga kebersihan lingkungan asrama karena dari situ kata panitia ada poin tersediri penilaian untuk kelulusan Diklat Prajabatan.
Kami sadar udah berbuat sesuatu yang melanggar peraturan. Tapi malam itu kami sepakat untuk berbuat malanggar peraturan, toh malam ini tidak ada lagi penilaian karena pengumuman kelulusan sudah diproklamirkan didepan deputi. Keputusan itu tidak akan merubah kelulusan gara-gara malam ini kami mengotori lantai asrama.

Obyektif, kalimat yang tidak sulit untuk dilapaskan tapi tidak semudah untuk dijinakkan karena seharusnya manusia bisa melihat dari berbagai sudut pandang yang relevan akan tetapi manusia sekarang hanya mau berpikir instan alias tidak mau repot. Karena hasilnya nantitidak ada manfaat untuk dirinya, padahal nasib orang lain saat itu ada ditangannya.

Hal ini yang kami rasakan kekecewaan dan ketidakpuasan yang sangat mendalam karena ikhtiar yang kami lakukan selama dua minggu ini hanya menjadi sia-sia belaka. Sebagai wahana pendidikan dan pengembangan SDM tempat kami berlatih dan didik tidak mampu memberikan kepuasan yang obyektif. Padalah hampir semua penyaji materi (widyaiswara) menuturkan kata-kata bijak mengalun lambat agar murid-muridnya mudah mengerti dan memahami.

Terus terang kami berterima kasih banget kepada seluruh widyaiswara yang sudah mau direpotion dengan berbagai pertanyaan dan tentunya sebagai murid yang baik, kami berusaha akan patuh. Mulailah sang guru mentransfer ilmunya dengan pengalamanya yang kebetulan duluan dihidupkan Tuhan kepada kami 68 muridnya.

Tapi... lagi-lagi sekumpulan pria tadi yang tengah asik ngobrol merasa pesimis jurus yang diberikan tidak akan ampuh menangkis setiap serangan lawan yang mengkeroyok abis-abisan, mendorong hingga kami tersudut dan terpojokkan dan bahkan harus terdamparkan. Ahhh...masa harus seperti ini. Pesan, Pilihlah secara bijak...! Wahai kawan-kawanku sekalian. Baik jadi diri sendiri ketimbang kita musti menjadi orang "gila". he-he.he.

"Bosan ah, kita cari topik obrolan lain aja," kalimat ini yang mengakhiri pembicaraan yang sok dewasa. Akhirnya pembicaraan diubah ketingkat yang lebih mementingkan kejujuran kami masing-masing yakni wanita yang dikagumi selama mengikuti Diklat Prajabatan. Ho.ho.hoo ternyata anugrah Tuhan menganai perasaan luar biasa. Dan ini menjadi rahasia kami.

Buat temen-temenDiklat Prajab Gol III
Bandung 22 Juli s/d 3 Agustus 2008
Khususnya Barak I

0 komentar: