Sabtu, 01 Mei 2010

PENGUASA

Akan ada penguasa yang kamu ketahui namun kalian mengingkarinya. Maka barang siapa yang tidak menyukainya dia telah berlepas diri dan barang siapa yang mengingkarinya dia selamat dan barang siapa yang ridha dan mengikutinya maka dia tidak akan berlepas diri. (HR. Muslim dan Abu Daud).

Akhir zaman adalah zaman kelabu dan abu-abu. Banyak orang bersikap dalam keseharinya juga demikian abu-abu. Tidak jelas lagi sikapnya, karena langkah-langkah yang diambil selalu dengan tidakan yang jarang menggunakan pendoman agama. Kita kehilangan heroisme dan kejuangan. takala setiap kita secara kolektif mengambil jalan aman maka tidak akan muncul sosok yang mampu membendung gerakan-gerakan kemungkaran, karena apa yang dlakukan oleh kebanyakan manusia sudah dianggap sebagai kebenaran.

Seorang penguasa misalnya yang secara benderang melakukan kesalahan sering kali kita tak mampu untuk memberi nasehat, kritik, teguran tau peringatan. Kita terbelenggu atau mungkin atau lebihnya tepatnya kita membelenggu diri dengan ketakutan-ketakutan yang kita ciptakan atas komunitas yang sepaham.

Sabda Nabi diatas menggambarkan bahwa wilayah kekuasan adalah wilayah yang rumit yang tidak hati-hati kita akan terseret dan terlilit oleh kerumitan yang sulit diurai. Ada diantara kita yang tahu kemungkaran itu namun kita tidak berani, bahkan sekedar untuk tidak suka dan benci pada kemungkaran yang nyata tergambarkan, agar kita terbebaskan dari dosa kemungkarannya.

Di akhir zaman para pemberani itu menjadi minoritas tidak seperti di zaman sahabat sahabat Rasulullah dimana keberanian dan heroisme menjadi sebuah tindakan massif dab gampang disaksikan dalam tindakan wacana. Para sahabat adalah generasi paling berani, kritis bahakan terhadap Nabi sekalipun jika apa yang dikatakan Rasulullah merupakan pendapat pribadi yang bisa dipertanyakan atau diberi usulan baru. Dan Nabipun sering menerima masukan selama hal itu menjadi maslahat ummat. Kasus perang Badar, Uhud dan Khandaq menjadi saksi bagaimana sistim musyawarah dan ruang kritis diberi ruang demikian luas. Demikian pula di zaman Umar. Dizaman Umar gerakan egalitarian (muasawat) demikian terasa denyutnya.

Perubahan zaman sampai detik ini terasa semakin remang-remang sebagai akhir zaman, dimana kebenaran jelas namun tidak berani diungkap. Beragam kepentingan berseliweran dalam benak kita, sehingga menimbulkan kemandulan ruhani. Kesan itu menjadi menu pahit tapi dinikmati dengan terpaksa.

Makanya Rasulullah menegaskan barang siapa yang mengingkari kemungkaran yang dilakukan pemimpinya maka dia akan diselamatkan dari siksa Allah di akhirat nanti, dan barang siapa yang menyatakan rasa ketidaksukaanya atau menahan geram ketidaksukaannya dalam hatinya maka dia akan terlepas dari dosa-dosa pemimpinnya. Sedangkan yang membebek, mengekor, membela mati-matian walaupun sudah jelas salah telanjang, maka dia tidak akan lepas dari kesalahan pemimpinnya dan dia tidak akan selamat.

Rasulullah pernah bersabda bahwa phatologi sosial-religius akan muncul di akhir zaman nanti. Dimana keterlambatan shalat para pemimpin dianggap wajar bahkan dibenarkan dengan beragam alasan. Karena kesibukan, karena waktu yang padat karena acara tidak bisa ditunda dan seterusnya. Rasulullah bersabda dalam hal ini:

Bagaimana sikap kalian jika datang pada kalian pada penguasa yang mengakhirkan menunaikan shalat bukan diawal waktu? Shalatlah kalian tepat waktu dan jadikan shalat kalian bersama dengan mereka itu sebagai tasbih (HR. Tirmidzi).

Inilah yang terjadi saat ini, para pemimpin yang kita ikuti tidak lagi takut pada Sang Khalik, tidak pernah dekat lagi dengan sang Maha Awas. Kita menjadi pengekor bahkan untuk shalat tepat waktu saja kita merasa ketakutan dan tidak "enak" para pemimpin kita.

Aroma maksiat kepada Allah menjadi demikian menyengat takala hati kita tumpul melihat kemungkaran didepan mata. Kaidah emas yang Rasulullah ajarkan tidak menggedor hati untuk direalisasikan di alam nyata. Sabda Rasulullah hanya menjadi hiasan khtbah dan ceramah dan tidak merayap dalam kenyataan.

Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya dia mengubahnya dengan tanngannya, jika tidak mampu maka hendanya mengubahnya dengan lidahnya dan jika tidak mampu juga hendaknya dilakukan dengan hatinya dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman (HR. Muslim dan Ahmad).

Ketumpulan dan penumpulan nurani ini akan melahirkan berhala-berhala semu bagi kita semua. Ada ketaatan ganda kepada Allah dan pada yang selain Allah. Namun, kita sering kali mencari pembenaran walaupun hati kita merasa sangat tidak nyaman.

Akhir zaman, dimana penyelewengan menurut Rasulullah menjadi sesuatu yang massif dilakukan. Manusia tidak lagi peka dan tidak mau peka dari mana mereka mendapatkan harta yang mereka makan, dan untuk apa mereka belanjakan. Apakah harta yang mereka dapatkan itu dari lorong yang halal atau dari jalan yang gulita dan haram tak lagi menjadi sebuah pertanyaan.

Ulama-ulama merapat pada umara dengan tujuan hanya memperoleh dinar dan dirham serta kepingan rupiah. Daya kritis yang semakin mandul, daya konstruktif yang semakin terkubur.

Rasulullah bersabda:

Diantara tanda mendekatnya kiamat adalah : berjubelnya para khatib di mimbar-mimbar dan banyaknya ulama yang menempel pada penguasa kalian. Lalu mereka menghalalkan yang haram demi penguasa itu dan mengaharamkan yang halal demi mereka. Mereka memberi fatwa sesuai dengan syahwatnya. Ulama-ulama kalian mengajar agar mereka mendapatkan dinar dan dirham dan mereka jadikan Al-Quran sebagai komuditas pembicaraan mereka (HR.Ad-Dailami).

Itulah kondisi riil kita saat ini. Harta-harta syubhat dianggap halal dengan beragam alasan, dengan beragam hujjah dan argumentasi yang di cari-cari.

Sungguh benarlah sabda Rasulullah:

Akan datang suatu masa pada manusia dimana kita tidak lagi peduli daripada dia mendatangkan harta, apakah dari yang halal atau dari yang haram (HR.Bukhari).

Para pemimpin yang benar pasti ada walaupun dia demikian langka. Selangka keberanian kita untuk menyatakan kebenaran.

Orang yang senantiasa berpegang teguh dengan sunnahku saat terjadi perselisihan diantara ummatku laksana orang yang memegang bara api (HR.Hakim).

Semoga Sang Pencipta mempercepat lahirnya pemimpin yang bertanggungjawab untuk kemaslahatan agama dan kejayaan kaum muslimin dimasa depan. Amin.