Kampung Damnah, disinilah tapak keberadaan Istana Damnah yang masih tersisa, salah satu diantara keberadaan yang paling berharga sepajang sejarah Kesultanan Riau Lingga. Istana Damnah merupakan bekas tapak kerajaan yang masih tersisa dan terlihat, meski jejak itu hanya menyisakan anak tangga muka istana dan tiang-tiang dari sebahagian tembok yang pernah menompang dan berdiri tegak.

Kondisi sekarang Anda hanya bisa menjumpai beberapa puing tersebut, sisanya lenyap dimakan waktu sesuai dengan keberadaan Kesultanan Riau Lingga. Sekarang sisa puing istana ini terletak di hutan yang disebut dengan kampung Damnah, Daik-Lingga.
Istana Damnah yang dibangun pada tahun 1860 oleh Raja Muhammad Yusuf Al-Ahmadi, yang Dipertuan Muda Riau X (1857-1899) merupakan tempat kediaman Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II, dimana sebelumnya kediaman Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II di Istana Kota Baru yang tidak berjauhan dari pabrik sagu yang didirikannya.

Sejak otonomi daerah, pemerintah setempat mulai memperhatikan keberdaan situs sejarah ini, dengan jalan membangun replika Istana Damnah, yang dibangun berdasarkan riset para arkeolog, budayawan serta pihak-pihak terkait, guna pencapai pembangunan sesuai dengan wujud aslinya. Kini replika tersebut menjadi salah satu objek wisata sejarah yang sewaktu-waktu bisa dikunjungi para wisatawan.

Keaslian atau sisa Istana Damnah yang sesungguhnya dibiarkan semula jadi, namun pembangunan replika Istana Damnah dibangun secara terpisah di kota Daik. Daik pernah menjadi menjadi pusat pemerintahan kerajaan Riau-Lingga dan sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Lingga. Untuk mencapai Kota Daik yang terletak di Sungai Daik, hanya dapat dilalui dengan perahu di waktu air pasang. Karena di waktu terjadinya air surut, Sungai Daik akan mengering dan hal ini menyebabkan akan sulit untuk menuju Kota Daik. Perkembangan pilihan transportasi sekarang bisa dilalui dengan jalan darat dengan cara melalui sungai itu terus kemuara (Pancur) yang terletak di pantai utara pulau Lingga, berseberangan dengan Pulau Senayang.