Ceritanya saat itu hiduplah sebuah keluarga kecil dan melarat, yang kesehariannya mengarungi lautan sebagai objek andalannya untuk memperoleh ragam kebutuhan hidupnya. Sebagai kepala keluarga ia berprofesi sebagai nelayan harus berjuang ditengah pertemuan arus laut dan hantaman gelombang deras, belum lagi nasibnya yang harus bertarung dengan kondisi alam yang sulit ditebak.
Persis kehidupan yang dilakoninya saat ini. Bagaikan berdiri diatas geladak kapal nelayan yang tidak pernah diam akibat gelombang laut. Belum lagi musim angin utara, kebanyakan nelayan tidak berani melaut karena cuaca alam yang tidak bersahabat, alahasil ini akan mengurangi pendapatan dari kebiasaannya melaut.
Sebagai nelayan kecil, ia yang dilakoni sebagai “Tok kadir” harus memenuhi semua kebutuhan 5 orang anaknya. Sebenarnya, kalau Tok Kadir memiliki perencanaan dalam mengatur jumlah kelahiran, mungkin kehidupannya sebagai nelayan tidak akan sulit yang sekarang ia rasakan. Tidak musti dikejar-kejar rentenir dan tukang kridit karena terlilit utang demi memenuhi semua kebutuhanya. Bisa dibayangkan-kan kehidupan Tok Kadir?
Kehidupan sulit Tok Kadir tersebut diperankan sejumlah siswa sekolah dasar Tanjung Sebauk, Senggarang dan penampilan kelompok seni celoteh Budak Sebauk dari Senggarang, Tanjungpinang memetaskan teater berdurasi kurang lebih 15 menit di Lampung.
Pagelaran seni budaya yang diadakan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat pada Kamis (1/10) malam menampilkan 33 provinsi sebagai peserta, dan penilaian dewan juri lebih memfokuskan pada pesan yang dibawa dari atraksi seni budaya itu sendiri.
Menurut sumber harian media lokal, penampilan yang disuguhkan kelompok seni Celoteh Budak Sebauk mampu menampilkan, penampilan yang memesona para penonton yang hadir termasuk sejumlah kepala daerah yang hadir dari seluruh Indonesia dan para pejabat BKKBN pusat dan daerah.
Seni atraksi dari perwakilan Provinsi Kepulauan Riau ini sungguh berbeda, karena umumnya peserta yang disertakan dalam perlombaan tersebut adalah mereka para orang dewasa, yang harus bersaing dengan dengan sejumlah anak-anak pelajar sekolah dasar.
Pada kesempatan tersebut Walikota Tanjungpinang, Hj Suryatati A Manan memperoleh kesempatan menunjukkan kebolehan yakni membaca puisi yang menyampaikan amanah dan pesan-pesan keluarga berencana. Puisi yang cerdas menggambarkan bahwa saat ini paradigma KB seolah-olah hanya kewajiban kaum perempuan saja, begitu seterusnya, sangat menyentil dengan bahasa dan aksen melayu yang mudah dipahami.
Kabag Humas dan Protokol Setda Kota Tanjungpinang, Drs Surjadi MT, mengatakan, penampilan kelompok seni Celoteh Budak Sebauk dan ibu walikota Suryatati mendapat apresiasi yang meriah dari seluruh hadirin yang hadir. "malam itu akan menjadi permulaan yang hebat bagi murid SD tersebut untuk terus membangun talentanya dalam dunia seni," ujar Surjadi. (berbagai sumber)