Minggu Pertama di Bulan April 2008
--
Perut yang membesar secara lahiriah
dan masih, aku dan istriku rutin melakukan pemeriksaan
karena ada sosok yang akan menjelang satu kehidupan
dan mengisi hari dengan kesibukan baru kami, lalu
kami memintanya untuk memanggil ayah dan ibu
--
Bagi kami ia adalah anugrah yang tiada tara
karena, "kesempatan" itu kami peroleh,
dan kami yakin ini ridho dariNya. Syukurku kepada Mu
Alhamdulillah
--
Menikmati hidup ditengah rumah tumpangan
dengan harapan si suami meminta pindah kelak biarpun ngontrak
--
obrolan serius di ruang tamu waktu itu
suami (aku), istriku yang kupanggil dodo,
mertua perempuan (mak) dan mertua laki-laki (bak)
--
ditengah obrolan itu,
dodo menjulurkan badannya dengan mimik muka yang meringis
ia menahan sakit, karena bidan yang memeriksanya mengatakan
"ulfa udah bukaan dua"
Semalaman aku bersama istri dan mertuaku
menginap di klinik bidan Baloi-Batam
tapi saat itu, istriku belum menunjukkan tanda-tanda kuat untuk
melahirkan saat itu (ini hasil analisa ku yang ngawur)
--
bak : wik, nampaknya dodo tidak bisa lebih lama lagi
mak : ya wik....!
dodo : mas, ingat dak pesan dokter Darma
diakan ada kasih memo ke kita untuk menemui rekannya
sesama dokter di rumah sakit harapan bunda
siapa nama dokter tu mas..?
aku :#^$*%@!>:.....!!
--
bergegas aku mencari lembaran catatan
tulisan sesorang dokter terkenal dengan indahnya
tapi masih bisa ku baca
--
aku : ini...!!! namanya dr.Maiman
--
kepanikan emang tidak bisa kutunjukkan,
hari ini cukup lelah,
jadwal pagi kerjaan masih mengentri pendataan keluarga
alhasil kerjaan ndak beres ada kesalahan pada mengentri
untungnya hari jumat, jam kerja hanya setengah hari
--
bak : sekarang kamu telpon dan daftarkan dodo
mak : ya wik....!
ku ambil telpon dan janjian pukul 04.00 sore
--
karena udah diingatkan tentang antrian
kalau kami datang telat akan bergeser nomor antrian
aku dan istriku tidak mau sampai terlambat tiba di RS
menggunakan sepeda motor bebek kriditan aku melaluijalan yang cukup unik
karena memang aku tidak hapal betul, jalan raya di batam
agar selamat dan tidak nyasar,
yang kuingat dari pintu masuk nagoya hill yang menghadap komplek nagoya bisa tembus ke pintu masuk dan keluar nagoya hill dan langsung tembus ke daerah pelita tempat RS Harapan Bunda
--
dodo : loh, kok kita masuk sini mas...?
aku : iya, dari pintu masuk nagoya hill sebelah sini kita bisa tembus ke pintu keluar yang sebelah sana. do ada gopek...?
--
palang pintu masuk pelataran nagoya hill
mempersilakan kami masuk
jalang melingkari nagoya hill dan kami keluar persis disamping I-Hotel.
--
aku : nah kalau dah tiba sini aku dah hapal jalannya do
--
ku pakir sepeda motorku, disebelah tukang yang lagi memperbaiki
gedung RS yang sedang di renovasi
--
kurang lebih seperempat jam kami menunggu antrian
akhirnya giliran kami diperiksa dr.maiman
--
dr.maiman : ibu silahkan baring disitu
dr.maiman : sebentar ya pak saya periksa istrinya dulu
--
memutar arah badan 360 derajat, dokter itu kembali ke meja kerjanya dan di hadapannya ada aku yang menunggu kabar hasil pemeriksanya
--
dr.maiman : istri bapak udah bukaan dua, air ketuban sudah keluar, karena istri bapak saya lihat mengalami depresi saya tidak berani menjamin atas keselamatan keduanya.
dr.maiman : saran saya, segera kita lakukan operasi caesar
--
tidak sampai waktu 3 menit aku berpikir
aku memutuskan untuk menuruti saran dari dokter tersebut
--
aku : lalu bagaimana pak
dr.maiman : silahkan bapak komfirmasi kepada staf administrasi rumah sakit, sebentar saya panggilkan
--
ndak lama kemudian staf adminitrasi RS Budi Kemuliaan mengetuk pintu ruang praktek dokter maiman
--
staf RS : mari pak, ikut saya
--
diruang, persis dibelakang apotek RS Budi Kemulian
aku harus menanda tangani salinan kwitasi
sebagai awal tanda jadi bahwa istriku mendapat pelayanan medis
--
staf RS : pak...! bapak harus melunasi minimal separuhnya
dari total pembiyaan terlebih dahulu
aku : berapa mbak?
staf RS : seluruhnya Rp. 7.5 juta,
dan sisanya kalau ada tambahan biaya obat dari dokter, bapak harus melunasi sisanya dan tambahan obat dari dokter
aku : kira - kira beberapa total seluruhnya ya mbak?
staf RS : biasanya tak jauh dari Rp. 7.5 juta kok pak...
jadi, bapak mau bayar berapa sekarang?
aku : saya bayar Rp. 4 juta dulu mbak
staf RS : baik pak, saya akan buatkan kwitansinya dulu
aku : iya... makasih mbak
staf RS : sama - sama pak
--
aku berlari menuju ruang praktek dokter maiman
--
dr.maiman : pak, kita lakukan operasinya jam setengah enam ya
dodo : dok, bisa ndak operasinya dilakukan lepas shalat magrib?
dr. maiman : baik bu kita siapkan dulu ruang operasinya
dodo : makasih dok
aku : makasih pak
--
kami kembali keruang tunggu.
--
dodo : mas tolong telpon bak, kabari dan suruh kemari, pake taxi aja
aku : ya do
--
tidak lama berselang kedua orang tua yang kami tunggu sampai dengan selamat, mereka menaiki taxi langganan yang pangkalannya tak jauh dari rumah tumpangan kami
--
bak : wik, sekarang kamu pergi ketempat bidan tadi malam,
dan katakan maaf dodo ulfa harus segera mendapat pertolongan RS
sekalian kamu ambil pakaian dan kain untuk dodo
mak : ya wik...!
aku : ya bak, mak... sekarang langsung kesana,
tolong jaga dodo ya mak
--
sepeda motorku ku kebut untuk kesekian kalinya,
dan masih menggunakan "jalur gopek" Nagoya Hill
sebenarnya ada perasaan tidak enak pada bidan tempat kami inap tadi malam
tapi, aku harus bermuka batu,
karena biaya periksa dan inap tadi malam belum bisa kubayar
dan syukurnya bidan tersebut tidak meminta pungutan bayaran atas jasa yang telah diupayakan, mengingat suaminya adalah teman sekantor tante ku di Telkom
--
kembali keparkiran RS Harapan Bunda
berlari kecil aku menghapiri bak yang lagi duduk sendirian
--
aku : dodo dimana bak?
bak : udah didalam, ditemani mak wi, kamu shalat-lah dulu, belum magribkan?
aku : ya bak, tinggal dulu bak...!
bak : ya wik...
--
satu jam lebih kami menunggu diruang tunggu
aku bolak - balik keluar masuk kamar kecil
mak keliatannya terus berdoa
sama dengan bak, tapi wajah bak sedikit tenang
ketimbang mak yang nampak jelas sekali mengkhawatirkan anaknya
--
lagi - lagi ku perhatikan lampu diatas persis pintu masuk ruang operasi
yang masih merah menyala
setengah jam berlalu kami masih menunggu
dan tidak berselang lama dr.maiman keluar dengan keringat yang mengucur
--
dr. maiman :Alhamdulillah anak bapak lahir dengan selamat dan
anak bapak cewek selamat ya pak
tapi untuk sementara ibu saja yang masuk terlebih dahulu,
bapak - bapak tunggu disini ya
--
Alhamdulillah syukurku atas nikmat-Mu ya Allah
pakaian yang ku bawa dalam tas kain berwarna merah jambu, langsung ku berikan kepada mak, karena ada kode dari mak yang meminta
--
aku tidak bisa banyak berkata kepada bak,
karena aku kini menjadi ayah semenjak pukul 19.43 Wib
--
suster RS : mari pak dilihat anak dan cucunya
bak : oh ya makasih, ayo wik
--
melihat dirinya terbalut kain putih bersih,
persis hati dan jiwanya yang masih suci
kulitnya yang putih memerah persis ibunya dan
keningnya yang nonong kuanggap persis diriku
kutatap kedua matanya
yang separuh terbuka yakni hanya mata sebelah kanan
dan mata sebelah kiri belum terbuka secara sempurna
dialah selama 9 bulan didalah rahim yang sempurna
dialah yang selama ini dan seterusnya ku jaga dan bakal kurawat
dan dialah anak perempuan yang kuharapkan
lahir dengan panjang lebih kurang 50 cm dengan berat 3.1 kg
Alhamdulillah ya Allah
--
bak : wik... bacakan adzan ditelinga sebelah kanannya
dan bacakan qomat di telinga sebelah kirinya
aku : iya bak
--
aku dan bak tidak bisa terlalu lama melihatnya
karena gadis kecilku akan dibawa keruangan spesial khsusnya
--
aku dan bak melihat dodo akan dibawa keruang perawatan
masih diatas kasur roda ia terbaring
dan aku hanya bisa membisikan ketelinganya
--
aku: terimakasih do, kamu memberiku gadis kecil yang manis
dodo : sama - sama mas
--
kupastikan semuanya udah makan
istriku,
dan anakku yang kutanya kepada suster jaga.
baru aku pamit untuk mengisi perutku yang udah lapar
disaat itu ku kabari pada kedua orangtuaku perihal cucu pertamanya telah lahir dan kepada seluruh dunia atas suka citaku
perihal hadirnya khalifah perempuan di dunia ini
terima kasih ya Allah
--
ku selesaikan makanku dengan cepat bermaksud untuk kembali melihat istriku
dan disana ada mak dan bak yang setia menunggu
--
bak : wik, kamu menginap disini ya, bak dan mak mau pulang
mak : ya wik...
aku : ya mak, bak saya panggilkan taxi
bak : ndak usah, bak jegat aja didepan, bak masih apal alamat rumahmu
aku : ya udah mak, bak ati-ati dijalan
--
tinggal berdua aku dan istriku,
dan ada satu pasangan suami - istri yang juga menjadi pasien
namun ia berbeda nasib dengan kami, karena ia kehilangan anak yang dikandungnya
dan suara kecil
"ya Allah lagi - lagi kau beri kenikmatan hidup pada umatmu,
apa yang kami anggap baik belum tentu menjadi baik dimatamu,
dan Kaulah Yang Maha Sempurna, Alhamdulillah"
--
aku : do, sesuai rencana kita untuk namanya
dodo : oh ya mas,
mak dan inga (kakak iparku) menitip nama kepadaku
untuk memberikan nama kepada anak kita
aku : apa ya do ?
dodo : inga menitip untuk memberikan nama: "araya" dan mak "syahana"
araya sebagai harapan kepada dirinya kaya akan memiliki hati yang lembut,
sedangkan syahana, harapan orang tua untuk kerukunan rumah tangga kita
aku : jadi "araya syahana" ya...?
dodo : ya mas
aku : bagus namanya dengan harapan yang bagus, boleh aku menambah di depannya?
dodo : ya mas
aku : "maghfira", "maghfira araya syahana" aku memohon ampun kepada Mu ya Allah
dodo ; nama yang baik untuk dirinya dan harapan kita semua Amin.....
................. buat aya